PERSPEKTIF KOGNITIF: II. METAKOGNISI DAN PEMECAHAN MASALAH



Rekonseptualisasi tentang pemikiran dan belajar yang muncul menunjukkan bahwa menjadi seseorang pemikir yang baik dalam ranah apa saja boleh jadi merupakan persoalan bagaimana mendapatkan kebiasaan dan disposisi interpretasi dan memahami serta bagaimana mendapatkan seperangkat keterampilan. (Resnick. 1998).
Secara umum metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir tentang pemikiran. Beberapa perspektif menekankan bahwa pengetahuan individual tentang kognisi dan penggunaan strategi. Yang lainnya menekankan baik itu pengetahuan maupun pengaturan kognisi (Brown, 1987; Son & Schwartz, 2003).
Komponen utama dari metakognisi adalah: (a) pengetahuan dan kesadaran tentang pemikiran diri sendiri, dan (b) pengetahuan tentang kapan dan di mana mesti menggunakan strategi yang diperoleh. Pengetahuan tentang pemikiran seseorang mencakup informasi tentang kapasitas dan keterbatasan dirinya sendiri dan kesadaran akan kesulitan selama belajar sehingga dapat dilakukan perbaikan.
Sebuah model aktivitas metakognitif dalam belajar terdiri dari empat tahap. Mereka adalah pendefinisian tugas, penentuan tujuan dan perencanaan, melakukan taktik dan strategi studi, dan mengadaptasi studi. Jika tugas studi itu sama, tahapannya bisa dilompati. Tahapan dalam model aktivitas metakognisi dalam studi, yaitu: (1) Mendefinisikan tugas, memunculkan persepsi tentang sifat dari tugas belajar, sumber daya yang tersedia, dan batasan; (2) Menentukan tujuan dan perencanaan, memilih atau membuat tujuan dan rencana untuk menangani tugas belajar; (3) Melakukan taktik dan strategi belajar, mengimplementasikan aktivitas yang dipilih di tahap dua dan menyesuaikan jika perlu. Melakukan penyesuaian skala besar pada tugas, tujuan, rencana, dan keterlibatan atau mengubah kondisi untuk belajar di masa depan (pengetahuan, keterampilan, keyakinan, disposisi, dan faktor motivasi).
Masing-masing tahap menghasilkan suatu produk yang dievaluasi pemelajar (aktivitas metakognisi) dan memutakhirkan kondisi tindakan untuk tahap selanjutnya. Persepsi siswa terhadap tugas belajar, misalnya, adalah basis untuk penentuan tujuan di tahap kedua. Standar personal siswa juga memengaruhi tindakan di setiap tahap. Dalam tahap ketiga, umpan balik internal dihasilkan oleh monitoring pelaksanaan strategi belajar akan menimbulkan penyesuaian. Tetapi, jika siswa menganggap tidak ada lagi tatik untuk mencapai tujuan, maka tugas itu mungkin diabaikan. Tahap keempat, aktivitas metakognitif yang luas, tidak mengacu pada strategi penyesuaian berkelanjutan.


Sumber : Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instructiona: Teori dan Aplikasi. Jakarta : Kencana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Hasil Wawancara Terhadap Guru

Apakah Strategi Guru tentang Gaya Mendalam/Dangkal dalam Dikotomi Gaya Belajar dan Berpikir Dapat Meningkatkan Kemampuan?

HASIL DISKUSI TEORI GESTALT