PERSPEKTIF KOGNITIF: I. PEMROSESAN INFORMASI
Teori pemrosesan informasi membahas langkah-langkah
dasar yang diambil individu untuk memperoleh, menyandikan, dan mengingat
informasi. Teori ini berbeda dari teori proses belajar lain dalam dua hal.
Pertama, pemrosesan informasi bukan konseptualisasi dari seorang teoritis saja.
Karenanya ada banyak macam deskripsi tentang cara memori jangka panjang
menyimpan informasi. Kedua, karena dasar dari teori ini adalah pemrosesan
informasi dan bukan belajar, teori ini tidak dapat menspesifikasikan hasil
belajar. Studi kognisi dasar yang berbeda menilai aktivitas yang berbeda, dari
mempelajari kosakata baru sampai belajar cara meringkas informasi. Meskipun
demikian, periset yang mengadopsi perspektif kognitif sama-sama berasumsi bahwa
individu mengubah banyak informasi yang diterima indera mereka dari lingkungan
menjadi sandi memori yang disimpan untuk penggunaan di waktu yang akan datang.
Komponen esensial dari belajar adalah pengorganisasian informasi yang akan
dipelajari, pengetahuan sebelumnya yang sudah dikuasai pemelajar, dan proses
yang melibatkan pemahaman, pengertian, serta menyimpan dan mengambil kembali
informasi.
Memori manusia adalah kompleks dan pemroses aktif
serta pengorganisasi informasi yang mengubah belajar ke dalam struktur kognitif
baru. Tiga pendapat mengonseptualisasikan memori manusia dalam istilah keadaan
atau tahapan, yaitu konsep system memori, konsep keadaan, dan tahapan
pemrosesan. Konsep system mendeskripsikan memori semantik (makna kata dan fakta),
memori prosedural, dan memori episodik. Karakteristik unik dari memori episodik
adalah memungkinkan seseorang untuk menelusuri secara mental ke masa lalu dan
mengalami kembali peristiwa pribadi. Untuk itu diperlukan ingatan masa lalu
tentang peristiwa pribadi yang dialami dan juga kesadaran akan diri (Tuliving,
2002). Beberapa psikolog mengkritik gagasan mengenai memori episodik yang
terpisah dari memori semantik secara neurologis. Akan tetapi, studi klinis
terhadap cacat neurologis menunjukkan bahwa seseorang tidak mampu mengingat
pengalaman yang baru terjadi atau tidak dapat mengingat kembali kejadian
pribadi di masa lalu, tetapi dapat mempertahankan memori semantik. Studi
pencitraan otak juga menunjukkan bahwa pengungkapan kembali memori semantik terutama
hanya mengaktifkan belahan otak kiri, sedangkan pengungkapan kembali memori
episodik mengaktifkan belahan otak kanan.
Sumber
: Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instructiona: Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Kencana.
Komentar