TEORI-TEORI BELAJAR AWAL
Di
setiap masa, sains adalah hal-hal yang dihasilkan oleh riset, dan riset tidak
lain adalah metode efektif yang telah ditemukan dan sesuai dengan zamannya. Setiap
langkah dalam kemajuan sains atau ilmu pengetahuan akan bergantung pada langkah
sebelumnya, dan proses ini tidak bisa dipercepat hanya dengan berharap.
(Boring, 1930)
Pengkondisian Klasik dan Koneksionisme
Di
awal abad ke-20, disiplin psikologi yang baru terbentuk sedang mencari arah dan
fokus. Studi Watson tentang perilaku dengan tujuan menjelaskan hubungan antara
stimuli dan respons menjadi perspektif dominan. Asumsi utama behaviorisme adalah bahwa perilaku yang
dapat diamati adalah fokus studi, yang harus dipelajari adalah elemen paling
sederhana dari perilaku adalah perubahan behavioral.
Istilah
behaviorisme merujuk pada beberapa
teori yang mengandung tiga asumsi dasar tentang belajar. Asumsi itu adalah: (1)
Yang menjadi fokus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan
kejadian mental internal atau rekontruksi verbal atas kejadian. (2) Perilaku
harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan
respons spesifik). Contoh reaksi behavioral yang diteliti oleh periset awal
antara lain gerak refleks, reaksi emosional yang dapat dilihat, dan respons motor
(gerak) dan verbal. (3) Proses belajar adalah perubahan behavioral. Suatu respons khusus terasosiasikan dengan kejadian
dari suatu stimulus khusus, dan terjadi dalam kehadiran stimulus tersebut.
Pengkondisian
refleks dalam eksperimen Bekheterev dan Pavlov merefleksikan asumsi ini dan
mendemonstrasikan bahwa relasi natural antara stimulus dan refleks yang
terasosiasikan dapat diubah. Riset ini memuat asumsi bahwa sebab-sebab dari
perilaku yang kompleks akan dapat diungkap.
Melatih
refleks untuk merespons stimulus baru membutuhkan pemasangan berulang kali
antara stimulus tersebut dan stimulus yang secara alamiah memunculkan refleks. Sebagai
hasilnya, stimulus yang dikondisikan (CS) akan menimbulkan respons yang
dikondisikan (CR). Ini disebut pengkondisian klasik. Model ini menjelaskan
respons hewan terhadap petunjuk atau isyarat yang diasosiasikan dengan bahaya
dan identifikasi metode untuk menghadapi reaksi maladaptif pada hewan dan
manusia. Selain itu, model ini menjelaskan perkembangan Conditional Compensatory Responses (CCRs) terhadap petunjuk sebelum
pemberian obat dalam latar yang biasa untuk pemberian obat. Fenomena ini
menjelaskan toleransi obat dan overdosis obat.
Riset
Thorndike terhadap hewan adalah meneliti perilaku mandiri hewan, bukan reaksi
refleks. Setelah melihat makin cepatnya hewan berhasil mencapai makanan, dia
menyimpulkan bahwa respons yang tepat “tertanam” melalui asosiasi dengan akses
ke makanan, yakni suatu keadaan yang memuaskan (hukum efek). Risetnya tentang
transfer belajar mengindikasikan bahwa training pada tugas tertentu hanya
memfasilitasi belajar pada tugas yang sama, dan bahwa mata pelajaran sekolah
yang sulit tidak berfungsi sebagai latihan mental untuk memperkaya keterampilan
berpikir.
Dua
pendekatan belajar lainnya, yang disebut teori S-R, dikembangkan oleh Clark
Hull dan Edwin Guthric. Hull mendeskripsikan penguatan sebagai pemenuhan
kebutuhan biologis dan Guthric mengidentifikasi prinsip belajar tunggal,
asosiasi atau kontiguitas dari stimulus dan respons.
Psikologi Gestalt
Psikologi
Gestalt berfungsi sebagai penentang behaviorisme di pertengahan abad ke-20.
Psikologi Gestalt berpendapat bahwa yang diteliti seharusnya perilaku molar, bukan molecular. Psikologi Gestalt fokus pada persepsi dalam belajar. Organisme
merespons keseluruhan ketimbang stimuli spesifik, organisasi stimuli
memengaruhi persepsi, dan individu membangun persepsi ketimbang hanya menerima
informasi secara pasif. Karakteristik tampilan stimulus yang memengaruhi
persepsi adalah komprehensivitas dan stabilitas gambaran (hukum Pragnanz), dan
karakteristik lain yang memberi kontribusi pada kelengkapan struktur atau pola.
Psikologi
Gestalt memberi kontribusi beberapa konsep untuk memahami pemecahan masalah. Mungkin
yang paling terkenal adalah konsep pemahaman yang melibatkan reorganisasi
persepsi seseorang untuk “melihat” solusi. Analisis kontemporer mengindikasikan
bahwa pemahaman kreatif pada masalah baru memerlukan kerja keras dan riset,
periode inkubasi, momen wawasan, dan pengkajian lebih lanjut. Dalam kehidupan
sehari-hari, wawasan terhadap masalah mungkin diperoleh lewat pengaturan
kembali bebrapa aspek dari persoalan, elaborasi, dan relaksasi pembatas.
Kontribusi
lain dari Psikologi Gestalt adalah pembedaan oleh Wertheimer atas belajar arbitrer (tanpa makna) dan belajar
bermakna, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi pemecahan masalah. Di dalamnya
mencakup pengidentifikasian masalah untuk menyusun solusi yang memiliki nilai fungsional, peran penemuan pemecahan
masalah yang bermakna dengan panduan, dan menghindari pembatasan pemecahan
masalah. Hal-hal yang membatasi itu antara lain adalah kekakuan fungsional,
yakni ketidakmampuan untuk melihat elemen-elemen dari masalah dengan cara baru,
dan belenggu masalah, yakni kekakuan dalam memecahkan masalah. Perkembangan lainnya
adalah aplikasi konsep Gestalt ke formasi kelompok sosial dan motivasi serta
konsep belajar laten.
Perbandingan antara Behaviorisme dan Teori Gestalt
Pada
pertengahan 1930-an, baik itu behaviorisme maupun Psikologi Gestalt menjadi
makin diperluas. Masing-masing perspektif berusaha mengembangkan satu teori
komprehensif yang akan menjelaskan semua hal tentang belajar. Kurang dari satu
dekade kemudian, konflik antara dua teori itu dikritik karena tidak produktif. Ada
dua hal yang menimbulkan masalah ini (McConnell, 1942). Pertama, istilah yang digunakan oleh masing-masing perspektif
memperbesar perbedaan di anatara keduanya. Misalnya, istilah “wawasan/pemahaman”
dan “koneksi” merepresentasikan deskripsi yang ekstrem dari proses belajar. Kesulitan
tugas mungkin merupakan satu faktor dalam proses belajar yang dideskripsikan
oleh para teoritis. Jika tugasnya sangat sulit sampai-sampai pemelajar tidak
dapat membangun hubungan dengan situasi, maka dia harus menggunakan metode
coba-coba (trial-and-error). Sebaliknya,
tugas yang kurang sulit, di mana pengalaman masa lalu mungkin ikut berperan,
mungkin diselesaikan dengan cepat dan akurat. Karena itu, kilasan pemahaman
yang dideskripsikan oleh Psikologi Gestalt mungkin, dalam beberapa kasus,
dimasukkan dalam transfer melalui elemen-elemen yang identik (McConnell, 1942,
h. 26).
Kedua,
muncul deskripsi yang berbeda tentang belajar. Perbedaan ini sebagian muncul
dari perbedaan dalam konteks eksperimental (lihat Tabel 2.5). Tugas dapat
diklasifikasikan berdasarkan jumlah penemuan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
respons yang tepat. Akan tetapi, situasi yang tidak terstruktur dan rumit
memerlukan pengalaman masa lalu pemelajar dan penemuan pola perilaku yang tepat
(McConnell, 1942).
TABEL 2.5
Perbandingan antara Behaviorisme dan Teori Gestalt
Karakteristik Utama
|
Behaviorisme
|
Teori Gestalt
|
Asumsi
dasar
|
Perilaku
yang dapat diamati, bukan even sadar atau mental, harus dipelajari; belajar
adalah perubahan; hubungan antara stimuli dan respons harus dipelajari,
|
Individu
bereaksi kepada sebuah kesatuan; karena itu, pemelajaran adalah organisasi
dan reorganisasi bidang sendoris. Kesatuan tersebut memiliki properti baru
yang berbeda dari yang ada pada elemen tersebut.
|
Eksperimen
umum
|
Trial and error,
Tikus menyusuri labirin, binatang keluar dari kandang; respons emosional atau
refleks, pemasangan stimulus.
|
Mengorganisasikan
kembali: Subjek ditempatkan dalam situasi yang mensyaratkan restrukturisasi
bagi solusi.
|
Formula
belajar
|
Stimulus
– respons – imbalan; respon emosional: stimulus 1 dan stimulus 2 = respon
|
Konstelasi
stimuli – organisasi – reaksi.
|
Sumber
:
Gredler, Margaret E. 2011. Learning and
Instructiona: Teori dan Aplikasi. Jakarta : Kencana.
Komentar